Rabu, 30 April 2014

Contoh Cerpen "Anakku Penyandang Down Syndrome"

Disini saya akan membagikan sedikit karya tulis saya berupa cerpen. jika ada kekurangan,mohon dimaafkan karna saya masih amatir :) . silahkan membaca dan silahkan berikan komentar. 
terimakasih :)

Anak ku Penyandang Syndrome
Di pagi hari yang cerah ini dan mentari yang tersenyum dengan lebarnya. Aku mulai mengawali hari dengan sarapan bersama ayahku tersayang. Perkenalkan namaku Andi Saputra,aku lahir dari pasangan Tomi Heriawan dan Keke Fadhila. Tetapi,sejak kelahiranku 15 tahun yang lalu,ibuku pergi meninggalkan aku dan ayah. Karna beliau  tahu bahwa aku mengidap Down Syndrome,dan aku terlahir tidak sempurna,tidak seperti anak normal biasanya. Namun,aku bahagia karna aku masih memiliki sosok ayah yang begitu luar biasa.
“Andi,ayah pergi kerja dulu ya. Andi nanti sama bibi murni. Atau Andi mau ikut ayah saja?” Tanya ayah
“a…a…a…” Jawabku sambil menggelengkan kepala
“yasudah,andi baik-baik ya. Gak boleh nakal.” Ujar ayah. Dan aku yang hanya menganggukan kepala.
Sejak kecil aku duduk di kursi roda dan kesulitan untuk berbicara,itu semua karna aku pengidap Down Syndrome. Yang membuat ototku lemas,dan kelainan pada fisik-ku,dan tinggi badanku berhenti sejak umurku 6 tahun. Bahkan dokter pernah berbicara pada ayahku,bahwa umurku tidak akan bertahan lama. Tapi ternyata tuhan berkehendak lain,aku diberi umur panjang sampai saat ini. Dan sampai saat inilah ayahku yang seorang diri merawatku,dan kemanapun dia pergi  aku selalu bersamanya,walau terkadang aku tidak ikut pasti setiap jam ayah selalu menelponku.
Aku sangat menyukai dunia luar,karna pemandangan yang menurutku sangat indah. Sehingga setiap weekend ayah selalu mengajakku untuk berlibur. Dan hari ini ayahku akan mengajakku ke puncak.
“andi sudah siap?” Tanya ayahku.
“a..a..a..” Jawabku sambil menganggukan kepala dan terlihat gembira.
“oke,saatnya kita berangkat. Ayo kita masuk ke mobil” Ucap ayah sambil membantuku memasuki mobil. Walau usia-Nya sudah tidak muda lagi,dengan sabarnya dia menggendongku memasuki mobil,lalu dipasangkan-Nya sabuk pengaman. Ayahku selalu memenuhi permintaanku walaupun aku tidak bisa berbicara,Namun ayah selalu tahu apa yang aku inginkan.
“naik-naik kepuncak gunung,tinggi-tinggi sekali” Ujar ayah yang melantukan sebuah lagu. Dan aku yang hanya tersenyum menikmati suara merdu ayahku.
“nanti disana kita bersepeda,terus mancing. Oke?” Tanya ayahku. Dan aku yang menganggukan kepala.
Tak lama kami-pun sampai di puncak. Tak tega ayah membangunkanku dari tidurku yang pulas,ayah menggendongku ke kamar di villa yang kami kunjungi. Seperti tak kenal lelah,ayah membuatkan makanan untukku. Ya memang sebelum bibi murni melamar menjadi pembantu rumah tangga,ayah selalu melakukan pekerjaan rumah sendiri. Jadi tak heran jika ayah bisa melalukan semuanya.
            “andi sudah bangun?” Tanya ayah. Dan aku yang menganggukan kepala
“yasudah,makan dulu ini. Setelah itu,kita jalan-jalan naik sepeda. Oke?” Ucap ayah sambil menyuapiku semangkuk sop hangat.
“ya..ya..” jawabku yang terlihat amat senang. dan melahap makanan yang disuapi ayahku.
“enak gak masakan ayah?” Tanya ayah yang masih menyuapiku. Dan aku yang mencoba mengangkat ibu jari sambil menganggukkan kepala.
“siapa dulu,ayah gitu loh.hehe” lontar ayah sambil tertawa kecil.
Setelah aku makan,kami mempersiapkan diri untuk berkeliling menggunakan sepeda. Aku yang digendong di pundak ayahku dengan menggunakan ransel khusus,dan kami siap berkeliling.
“saatnya kita melihat pemandang yang indah.” Ujar ayah. Dan Ayah-pun mulai menggowes sepedanya,berkeliling mengitari kebun teh,rumah penduduk,dan berakhir di salah satu tempat pemancingan di Bandung yang letaknya tidak jauh dari villa. Di tempat pemancingan banyak mata yang tertuju ke arah kami,mungkin mereka tidak terbiasa melihat orang sepertiku. Bahkan tidak sedikit pula,orang yang bertanya kepada ayahku.
“maaf pak,itu anak bapak?” Tanya salah satu pria separuh baya.
“iya pak,ini putra saya.” Jawab ayahku sambil mendudukanku tepat disebelahnya.
“kalo saya boleh tahu,anak bapak ini sakit apa?” Tanya-Nya kembali
“putra saya mengidap down syndrome sejak lahir.” Jawab ayah
“oh. Sepertinya bapak sangat menyayangi anak bapak ya.” Ucap pria separuh baya itu,
“oh tentu,dia harta saya satu-satunya yang saya miliki. Kemanapun saya pergi,dia slalu saya bawa.” Ujar ayah.
“bapak ini sungguh luar biasa ya,sepertinya kisah hidup bapak sangat inspirative sekali. Semoga tuhan selalu melindungi kalian ya.” Ujar pria tersebut.
Mentari-pun mulai meredupkan sinarnya,dan kami beranjak pergi menuju villa. Sesampainya di villa,tubuhku dibersihkan oleh ayahku tercinta,lalu aku menonton acara televise favorite,yaitu film kartun spongebob. Tak lama ayah menyusulku menonton spongebob dengan membawakan segelas susu coklat hangat. Dan saat iklan mulai bermunculan di televise,ada salah satu iklan yang membuatku tertarik yaitu Jakarta running,saat iklan itu muncul aku berteriak yang sontak membuat ayahku terkejut.
“andi ada apa,kok teriak?” Tanya ayah
“i..i..i..” jawabku sambil menunjuk ke layar kaca televise
“oh,andi mau ikut acara itu?” Tanya ayah kembali. Dan aku yang menganggukan kepala.
“oke,nanti kita daftar ya.” Ucap ayah. Dan aku yang hanya tersenyum lebar.
            Tiga hari sudah kami berada di puncak,kini saatnya kami kembali ke Jakarta melakukan aktivitas seperti semula,dan ayah yang mulai kembali bekerja. Namun akhir-akhir ini ayah terlihat berbeda,ayah sering berada dirumah dan tidak pergi bekerja. Kerjaan-Nya dirumah hanya mencari info rumah dijual yang berada di puncak,entah untuk apa ayah mencari rumah di puncak. Sesekali aku pernah bertanya kepada ayah dengan bahasa isyarat,dan aku mencoba menarik baju ayah.
“ada apa andi?” Tanya ayah
“kok ayah tidak bekerja?” Tanyaku balik dengan menggunakan bahasa isyarat.
“nak dengarkan ayah,usia ayah kini sudah tidak muda lagi,begitupun dengan andi. Ayah ingin menghabiskan waktu dengan andi saja berdua.” Jelas ayah.
“terus bagaimana ayah mendapatkan uang?” Tanyaku
“ayah akan berkebun,nanti kita akan pindah di puncak. Andi mau?” jawab ayah . dan aku yang menganggukan kepala. Tak lama kemudian ayah mengajakku pergi,entah kemana itu.
“ayah kita mau kemana?” tanyaku menggunakan bahasa isyarat
“kan katanya andi mau ikut Jakarta running,ayo kita daftar.” Jawab ayah,dan terlihat jelas kebahagiaan di raut wajahku. Sesampainya di tempat pendaftaran,kami lansung mendaftarkan diri. Disana tidak terlalu ramai,karna hari ini adalah pendaftaran terakhir.
“maaf mba saya mau ikut acara ini,tapi anak saya ikut bisa tidak?” Tanya ayah di lorong kasir.
“bisa pak. Apakah ini putra bapak?” jawabnya
“iya mba. Tapi itu tiketnya bagaimana ya? Apakah sendiri atau satu tiket saja?” Tanya ayah kembali
“sebenarnya sendiri-sendiri pak,tapi untuk bapak cukup hanya satu. Karna sepertinya saya lihat,putra bapak sedang sakit. Kalo boleh tahu siapa namanya?” jelas-nya
“nama anak saya andi mba. Terimakasih ya mba.” Ucap ayah
“terima kasih kembali,silahkan kembali di hari minggu.” Ucap kasir itu dengan senyuman manis.
            Hari minggu-pun tiba,dengan berpakaian olahraga dan sepatu sport,aku dan ayah  siap mengikuti Jakarta Running. Bahagia,itulah yang aku rasakan saat ini. Karna ini pertama kalinya aku mengikuti acara seperti ini,biasanya aku hanya berlari pagi bersama ayahku tercinta. Kami dan peserta lainnya akan berlari sejauh 5 Km,dan pluit-pun telah dibunyikan yang menandakan acara ini telah dimulai. Aku dan ayah seperti menjadi sorotan di acara tersebut,karna ada pemandangan yang tidak biasa,yaitu ayahku yang berlari sambil mendorong ku dikursi roda. Tapi semua itu kami hiraukan,bahkan yang semula orang-orang memandangi kami dengan tatapan tajam,berubah memberi kami semangat yang luar biasa. “ ayo semangat,kalian pasti bisa.” Itulah salah satu yang kami dengar. Hingga pada akhir-nya kami mencapai garis finish,orang-orang memberikan selamat pada kami,walaupun kami bukan yang pertama mencapai garis finish. Entah semalam kami bermimpi apa,para wartawan mendatangi kami saat kami sedang istirahat dan mencoba untuk mewawancarai kami.
“kenapa bapak mengajak putra bapak dalam acara ini?” Tanya salah satu wartawan.
“ini adalah kemauan dia,dan putra saya juga sangat menyukai dunia luar khususnya dunia olahraga.” Jawab ayah dengan tegas sambil menggendongku.
“siapa nama putra bapak tersebut?” Tanya wartawan yang lainnya
“ namanya Andi Saputra.” Jawab ayah. Seperti-nya begitu lelah ayah menjawab pertanyaan –pertanyaan dari para wartawan,namun kelelahan itu terbayar dengan kebahagiaan yang kami rasakan saat ini.
            Sejak saat itu kami mulai dikenal oleh masyarakat banyak,dan tak sedikit orang yang menyapa kami ketika kami sedang berpergian. Bahkan kami sering diundang ke beberapa acara di televise Indonesia sampai ke acara televise di Amerika,untuk membagi kisah hidup yang kami alami. Namun disaat kami mulai mencapai kepopuleran baik di dunia maya ataupun di kehidupan sebenarnya,Kondisiku semakin memburuk. Kini aku sering mengunjungi rumah sakit untuk memantau kondisiku. Sampai pada akhirnya aku menghembuskan nafas terakhirku dipangkuan ayah saat aku dirawat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Isak tangis begitu terasa saat kepergianku,bahkan seketika rumah sakit menjadi ramai dengan segelintir orang yang turut berduka cita atas kepergianku. Ayahku seakan tak ingin melepaskanku dari pelukannya,sampai tiba-tiba ada seorang suster yang menghampiri ayahku.
“maaf pak,ini ada titipan dari almarhum putra bapak.” Ucap sang suster sambil menyodori sebuah alat rekam dan selembar kertas,bahkan sang suster sesekali terlihat sedang mengusap air matanya.

Lalu ayah lansung memutar alat rekam itu. “ ayah andi sudah bisa bicara dong. Aku sayang ayah. Aku tunggu ayah di surga ya.” Itulah suara yang aku rekam sebelum kepergian ku. Dan ayah membuka selembar kertas itu,dan tertulis “ I LOVE YOU DADY”. Sontak semakin jadi isak tangis pada saat itu. Namun ayah mencoba untuk mengikhlaskan kepergianku,dan berangsur-asur kesedihan itu hilang seiring berjalan-nya waktu. Dan kini ayah hidup seorang diri semenjak kepergianku,ayah mengisi hari-harinya dengan mengikuti bakti social di beberapa panti asuhan,rumah kanker,dll.




sertakan alamat blog ini,jika ingin meng-copy paste!

Puisi yang berjudul "Sambut Aku Di Surgamu"


“Sambut Aku Di Surgamu”


Tuhan …
Peluk-lah aku dalam dekapanmu
Biarkan jiwa ini merasa tenang dari rasa kekhawatiran

Tuhan…
Genggam-lah tanganku dengan kesucianmu
Biarkan diri ini menjadi kuat dari kerapuhan yang aku alami

Tuhan…
Hapuskan air mataku dengan belai kasihmu
Biarkan aku menjadi tegar atas semua masalah yang aku hadapi

Tuhan …
Nyanyikan-lah lagu terindah dalam tidurku yang abadi
Dan Sambut-lah aku di surgamu …



sertakan alamat blog ini,jika ingin meng-copy paste!

Puisi "Ayah"

Ayah                    
Ayah …
Ketahuilah ..
Nafasmu adalah detak jantungku..
Dan detak jantungmu adalah nafasku..

                                   Ayah..
                                   Kini kau telah pergi..
                                   Meninggalkan dunia yang penuh dengan sandiwara
                                   Pergi ketempat impian semua umat manusia..

Apakah kini aku mampu bernafas?
Disaat detak jantungmu sudah tak berdegup kembali
Apakah kini jantungku mampu berdetak?
Disaat nafasmu sudah terhenti..

                                   Andaikan aku bisa bernegosiasi dengan tuhan
                                   Aku rela jika harus bertukar nyawa..
                                   Namun kenyataan-nya aku hanya-lah seorang anak
                                    Yang selalu melakukan kesalahan,lagi dan lagi..

Terimakasih ayah..
Kau telah menjadikanku sosok yang dewasa
Untuk memahami satu hal,
Bahwa kehidupan akan selalu berakhir dengan kematian..

                                  Ayah, Do’a ku untukmu tak henti aku ucapkan
                                  Walau mulutku kelu untuk mengucapkan sepatah kata
                                  Namun aku percaya,Tuhan selalu mendengar doa hamba-nya 
                                  bahkan yang tak terucap sekalipun..


sertakan alamat blog ini jika ingin copy paste.