Disini saya akan membagikan sedikit karya tulis saya berupa cerpen. jika ada kekurangan,mohon dimaafkan karna saya masih amatir :) . silahkan membaca dan silahkan berikan komentar.
terimakasih :)
Anak
ku Penyandang Syndrome
Di pagi
hari yang cerah ini dan mentari yang tersenyum dengan lebarnya. Aku mulai mengawali
hari dengan sarapan bersama ayahku tersayang. Perkenalkan namaku Andi
Saputra,aku lahir dari pasangan Tomi Heriawan dan Keke Fadhila. Tetapi,sejak
kelahiranku 15 tahun yang lalu,ibuku pergi meninggalkan aku dan ayah. Karna
beliau tahu bahwa aku mengidap Down Syndrome,dan
aku terlahir tidak sempurna,tidak seperti anak normal biasanya. Namun,aku
bahagia karna aku masih memiliki sosok ayah yang begitu luar biasa.
“Andi,ayah pergi kerja dulu ya.
Andi nanti sama bibi murni. Atau Andi mau ikut ayah saja?” Tanya ayah
“a…a…a…” Jawabku sambil
menggelengkan kepala
“yasudah,andi baik-baik ya. Gak
boleh nakal.” Ujar ayah. Dan aku yang hanya menganggukan kepala.
Sejak kecil aku duduk di kursi roda
dan kesulitan untuk berbicara,itu semua karna aku pengidap Down Syndrome. Yang
membuat ototku lemas,dan kelainan pada fisik-ku,dan tinggi badanku berhenti
sejak umurku 6 tahun. Bahkan dokter pernah berbicara pada ayahku,bahwa umurku
tidak akan bertahan lama. Tapi ternyata tuhan berkehendak lain,aku diberi umur
panjang sampai saat ini. Dan sampai saat inilah ayahku yang seorang diri
merawatku,dan kemanapun dia pergi aku
selalu bersamanya,walau terkadang aku tidak ikut pasti setiap jam ayah selalu
menelponku.
Aku sangat
menyukai dunia luar,karna pemandangan yang menurutku sangat indah. Sehingga setiap
weekend ayah selalu mengajakku untuk berlibur. Dan hari ini ayahku akan mengajakku
ke puncak.
“andi sudah siap?” Tanya ayahku.
“a..a..a..” Jawabku sambil
menganggukan kepala dan terlihat gembira.
“oke,saatnya kita berangkat. Ayo
kita masuk ke mobil” Ucap ayah sambil membantuku memasuki mobil. Walau usia-Nya
sudah tidak muda lagi,dengan sabarnya dia menggendongku memasuki mobil,lalu
dipasangkan-Nya sabuk pengaman. Ayahku selalu memenuhi permintaanku walaupun
aku tidak bisa berbicara,Namun ayah selalu tahu apa yang aku inginkan.
“naik-naik kepuncak gunung,tinggi-tinggi
sekali” Ujar ayah yang melantukan sebuah lagu. Dan aku yang hanya tersenyum
menikmati suara merdu ayahku.
“nanti disana kita bersepeda,terus mancing.
Oke?” Tanya ayahku. Dan aku yang menganggukan kepala.
Tak lama
kami-pun sampai di puncak. Tak tega ayah membangunkanku dari tidurku yang
pulas,ayah menggendongku ke kamar di villa yang kami kunjungi. Seperti tak
kenal lelah,ayah membuatkan makanan untukku. Ya memang sebelum bibi murni
melamar menjadi pembantu rumah tangga,ayah selalu melakukan pekerjaan rumah
sendiri. Jadi tak heran jika ayah bisa melalukan semuanya.
“andi sudah bangun?” Tanya ayah. Dan
aku yang menganggukan kepala
“yasudah,makan
dulu ini. Setelah itu,kita jalan-jalan naik sepeda. Oke?” Ucap ayah sambil
menyuapiku semangkuk sop hangat.
“ya..ya..”
jawabku yang terlihat amat senang. dan melahap makanan yang disuapi ayahku.
“enak gak
masakan ayah?” Tanya ayah yang masih menyuapiku. Dan aku yang mencoba
mengangkat ibu jari sambil menganggukkan kepala.
“siapa
dulu,ayah gitu loh.hehe” lontar ayah sambil tertawa kecil.
Setelah aku makan,kami mempersiapkan diri untuk berkeliling
menggunakan sepeda. Aku yang digendong di pundak ayahku dengan menggunakan
ransel khusus,dan kami siap berkeliling.
“saatnya kita melihat pemandang yang indah.” Ujar ayah. Dan Ayah-pun
mulai menggowes sepedanya,berkeliling mengitari kebun teh,rumah penduduk,dan
berakhir di salah satu tempat pemancingan di Bandung yang letaknya tidak jauh
dari villa. Di tempat pemancingan banyak mata yang tertuju ke arah kami,mungkin
mereka tidak terbiasa melihat orang sepertiku. Bahkan tidak sedikit pula,orang
yang bertanya kepada ayahku.
“maaf pak,itu anak bapak?” Tanya salah satu pria separuh
baya.
“iya pak,ini putra saya.” Jawab ayahku sambil mendudukanku
tepat disebelahnya.
“kalo saya boleh tahu,anak bapak ini sakit apa?” Tanya-Nya
kembali
“putra saya mengidap down syndrome sejak lahir.” Jawab ayah
“oh. Sepertinya bapak sangat menyayangi anak bapak ya.” Ucap
pria separuh baya itu,
“oh tentu,dia harta saya satu-satunya yang saya miliki.
Kemanapun saya pergi,dia slalu saya bawa.” Ujar ayah.
“bapak ini sungguh luar biasa ya,sepertinya kisah hidup bapak
sangat inspirative sekali. Semoga tuhan selalu melindungi kalian ya.” Ujar pria
tersebut.
Mentari-pun mulai meredupkan sinarnya,dan kami beranjak pergi
menuju villa. Sesampainya di villa,tubuhku dibersihkan oleh ayahku
tercinta,lalu aku menonton acara televise favorite,yaitu film kartun spongebob.
Tak lama ayah menyusulku menonton spongebob dengan membawakan segelas susu
coklat hangat. Dan saat iklan mulai bermunculan di televise,ada salah satu
iklan yang membuatku tertarik yaitu Jakarta running,saat iklan itu muncul aku
berteriak yang sontak membuat ayahku terkejut.
“andi ada apa,kok teriak?” Tanya ayah
“i..i..i..” jawabku sambil menunjuk ke layar kaca televise
“oh,andi mau ikut acara itu?” Tanya ayah kembali. Dan aku
yang menganggukan kepala.
“oke,nanti kita daftar ya.” Ucap ayah. Dan aku yang hanya tersenyum
lebar.
Tiga hari
sudah kami berada di puncak,kini saatnya kami kembali ke Jakarta melakukan
aktivitas seperti semula,dan ayah yang mulai kembali bekerja. Namun akhir-akhir
ini ayah terlihat berbeda,ayah sering berada dirumah dan tidak pergi bekerja.
Kerjaan-Nya dirumah hanya mencari info rumah dijual yang berada di puncak,entah
untuk apa ayah mencari rumah di puncak. Sesekali aku pernah bertanya kepada
ayah dengan bahasa isyarat,dan aku mencoba menarik baju ayah.
“ada apa andi?” Tanya ayah
“kok ayah tidak bekerja?” Tanyaku balik dengan menggunakan
bahasa isyarat.
“nak dengarkan ayah,usia ayah kini sudah tidak muda
lagi,begitupun dengan andi. Ayah ingin menghabiskan waktu dengan andi saja
berdua.” Jelas ayah.
“terus bagaimana ayah mendapatkan uang?” Tanyaku
“ayah akan berkebun,nanti kita akan pindah di puncak. Andi
mau?” jawab ayah . dan aku yang menganggukan kepala. Tak lama kemudian ayah mengajakku
pergi,entah kemana itu.
“ayah kita mau kemana?” tanyaku menggunakan bahasa isyarat
“kan katanya andi mau ikut Jakarta running,ayo kita daftar.”
Jawab ayah,dan terlihat jelas kebahagiaan di raut wajahku. Sesampainya di
tempat pendaftaran,kami lansung mendaftarkan diri. Disana tidak terlalu
ramai,karna hari ini adalah pendaftaran terakhir.
“maaf mba saya mau ikut acara ini,tapi anak saya ikut bisa
tidak?” Tanya ayah di lorong kasir.
“bisa pak. Apakah ini putra bapak?” jawabnya
“iya mba. Tapi itu tiketnya bagaimana ya? Apakah sendiri atau
satu tiket saja?” Tanya ayah kembali
“sebenarnya sendiri-sendiri pak,tapi untuk bapak cukup hanya
satu. Karna sepertinya saya lihat,putra bapak sedang sakit. Kalo boleh tahu
siapa namanya?” jelas-nya
“nama anak saya andi mba. Terimakasih ya mba.” Ucap ayah
“terima kasih kembali,silahkan kembali di hari minggu.” Ucap
kasir itu dengan senyuman manis.
Hari
minggu-pun tiba,dengan berpakaian olahraga dan sepatu sport,aku dan ayah siap mengikuti Jakarta Running.
Bahagia,itulah yang aku rasakan saat ini. Karna ini pertama kalinya aku
mengikuti acara seperti ini,biasanya aku hanya berlari pagi bersama ayahku
tercinta. Kami dan peserta lainnya akan berlari sejauh 5 Km,dan pluit-pun telah
dibunyikan yang menandakan acara ini telah dimulai. Aku dan ayah seperti
menjadi sorotan di acara tersebut,karna ada pemandangan yang tidak biasa,yaitu
ayahku yang berlari sambil mendorong ku dikursi roda. Tapi semua itu kami
hiraukan,bahkan yang semula orang-orang memandangi kami dengan tatapan
tajam,berubah memberi kami semangat yang luar biasa. “ ayo semangat,kalian
pasti bisa.” Itulah salah satu yang kami dengar. Hingga pada akhir-nya kami
mencapai garis finish,orang-orang memberikan selamat pada kami,walaupun kami
bukan yang pertama mencapai garis finish. Entah semalam kami bermimpi apa,para
wartawan mendatangi kami saat kami sedang istirahat dan mencoba untuk
mewawancarai kami.
“kenapa bapak mengajak putra bapak dalam acara ini?” Tanya
salah satu wartawan.
“ini adalah kemauan dia,dan putra saya juga sangat menyukai
dunia luar khususnya dunia olahraga.” Jawab ayah dengan tegas sambil
menggendongku.
“siapa nama putra bapak tersebut?” Tanya wartawan yang
lainnya
“ namanya Andi Saputra.” Jawab ayah. Seperti-nya begitu lelah
ayah menjawab pertanyaan –pertanyaan dari para wartawan,namun kelelahan itu
terbayar dengan kebahagiaan yang kami rasakan saat ini.
Sejak saat
itu kami mulai dikenal oleh masyarakat banyak,dan tak sedikit orang yang
menyapa kami ketika kami sedang berpergian. Bahkan kami sering diundang ke
beberapa acara di televise Indonesia sampai ke acara televise di Amerika,untuk
membagi kisah hidup yang kami alami. Namun disaat kami mulai mencapai
kepopuleran baik di dunia maya ataupun di kehidupan sebenarnya,Kondisiku
semakin memburuk. Kini aku sering mengunjungi rumah sakit untuk memantau
kondisiku. Sampai pada akhirnya aku menghembuskan nafas terakhirku dipangkuan
ayah saat aku dirawat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Isak tangis begitu
terasa saat kepergianku,bahkan seketika rumah sakit menjadi ramai dengan
segelintir orang yang turut berduka cita atas kepergianku. Ayahku seakan tak
ingin melepaskanku dari pelukannya,sampai tiba-tiba ada seorang suster yang
menghampiri ayahku.
“maaf pak,ini ada titipan dari almarhum putra bapak.” Ucap
sang suster sambil menyodori sebuah alat rekam dan selembar kertas,bahkan sang
suster sesekali terlihat sedang mengusap air matanya.
Lalu ayah lansung memutar alat rekam itu. “ ayah andi sudah
bisa bicara dong. Aku sayang ayah. Aku tunggu ayah di surga ya.” Itulah suara
yang aku rekam sebelum kepergian ku. Dan ayah membuka selembar kertas itu,dan
tertulis “ I LOVE YOU DADY”. Sontak semakin jadi isak tangis pada saat itu.
Namun ayah mencoba untuk mengikhlaskan kepergianku,dan berangsur-asur kesedihan
itu hilang seiring berjalan-nya waktu. Dan kini ayah hidup seorang diri
semenjak kepergianku,ayah mengisi hari-harinya dengan mengikuti bakti social di
beberapa panti asuhan,rumah kanker,dll.
sertakan alamat blog ini,jika ingin meng-copy paste!